Senin, 26 Maret 2012

Catatan Saat Sekolah

Bel pulang sekolah sudah berbunyi panjang. sang guru mempersilahkan murid-murid untuk berkemas. aku masih sibuk menyalin jawaban dari  white board. aku biasanya yang menghapus dan membersihkan white board itu. aku juga biasa mengisi tinta sepidol. kandang menyapu lantai yang kotor. iseng-iseng daripada duduk terus dan tidak ada kerjaan.  ketua kelas memberi aba-aba dan komando untuk berdoa. aku masih sibuk menulis, tidak peduli dengan aba-aba itu.  aku berfikir jawaban soal matematika itu berharga, variasi baru dan pengembangan matematika dasar yang belum aku kuasai. murid-murid berebut dan beresak-desakkan ingin keluar pintu. mereka sungguh aneh dan menggangguku. merkea ingin cepat-cepat pulang karena ingin menonton di bioskop dan bermain di mall. kebetulan meja ku ada paling depan dan dekat dengan pintu. teman yang usil menggebrak-gebrak mejaku. brak brak, udah pulang woi... (dengan logat jakarta). aku hanya tertawa saja.  si rian teman sebangku ku duduk santai dan menyandarkan bahunya ke senderan kursi. wajahnya mengadah ke atas dan tangan kanannya memegan kacamatanya. tangan kirinya mengusap-usap mata. seperti itulah perilaku pemakai kacamata. mungkin kelelahan dengan matanya atau bagaimana aku tidak megnerti. dia anak yang pandai terutama mata pilajaran bahasa inggris.

*
setelah semua murid berhamburan keluar, suasana sunyi dan digantikan suasana riuh ramai yang berasal dari lapangan sekolah.  di kelas hanya tersisa beberapa temanku . Riyan, Hendi, Huda dan aku sendiri yang ada di kelas. kami berempat biasanya pulang bersama menggunakan angkot. hal seperti ini seperti menjadi rutinitas saat pulang sekolah. mobil bertipe cerry dan berwarna biru langit meluncur dari kejauhan. inilah angkot nomor 02 jurusan cakung-warakas-tanjung priok.  tarifnya seribu rupiah untuk pelajar. biasanya sang sopir tidak mau menerima tumpangan pelajar saat pagi dan jika sore seperti ini karena tidak ada bondet (mba-mba atau ibu-ibu yang kerja di pabrik konveksi). pada pagi hari angkot sejenis ini di penuhi oleh bondet yang ingin bernangkat ke pabrik. tarif orang dewasa sekitar tiga ribu rupiah.

beru beberapa kilometer mobil angkot yang kami naiki jalan tiba-tiba kami melihat kerumunan anak sekolah di depan angkot. takkk. benda melayang membentur kaca angkot bagian depan. beruntung tidak sampai peccah.  butiran batu seukuran bakso  menghujani angkot yang kami naiki. terpaksa sang sopir berhenti untuk mengecek kondisi. kemudian ia mengangkat tangan ke atas tanda menyerah dan memohon agar angkotnya tidak jadi sasaran tawuran. sementara itu kami langsung keluar mencari perlindungan. ternyata terjadi tawuran antara murid-murid dari siswa sekolahku dengan sma lain. murid-murid dari sekolahku yang sedang konvoi untuk pulang di serang dari arah berlawanan. di jalan tipar cakung. aku ketakutan setenagh mati. Hendi dan Riyan berlari balik ke arah sekolahan. aku dan Huda juga terbirit-birit mencari tempat bersembunyi. mudid-murid sekolah kami terdesak hingga pintu depan sekolah. ternyata sekolah kami diserang sehingga pak satpam membukakan pintu untuk mengevakuasi murid-murid ke dalam. sementara itu aku terjebak di gank sempit komplek perumahan warga.

**
aku dan Huda berdua bersembunyi di sebuah teras milik rumah warga yang ditumbuhi banyak pepohonan. tiba-tiba kami disergap oleh entah siswa sma mana. aku ketakutan begitupun dengan raut wajah si Huda. aku pasrah dan tanpa alasan babibu  langsung saja mereka mengeroyok aku dan Huda. sekitar lima orang mengeroyokku. ada yang menggunakan gesper, bogem mentah dan ada yang mencekik leherku. perutku di tendang. aku terkulai jatuh dan lemas. sementara itu si Huda menunduk ketakutan dan meminta ampun. tubuhnya yang kecil membuat siswa-siswa sma itu merasa iba. si huda hanya di depak saja bokongnya oleh mereka. mereka pun pergi eninggalkan kami.

tiba-tiba kekuatan itu mucul. aku sangat geram dengan ulah mereka. aku tidak kenal mereka dan tidak memahami permasalah yang terjadi tetapi aku menjadi korban. aku bangkit dan mengambil gagang sapu di halaman rumah warga. aku berteriak lantang. mengucap kata-kata kotor dan cacian ke arah mereka. seketika itu aku mengejar dan melompat menerkam ke arah merka dair belakang. si Huda juga melepas ikat pinggangnya dan memutar-mutar ke atas kepalanya. Huaaaa

mereka langsung kuhujani pentungan gagang sapu. aku hajar di bagian kepala, pudak tangan dan kaki. sementar itu si Huda menyabet badan mereka denga ikat pinggang nya. kebeutlan kepala ingkat pinggangnya terbuat dari besi berbentuk kepala tengkorak. merka kesakitan dan lari terbirit-birit keluar gank. di luar gank teman-temannya berkumpul. melihat teman-temannya ramai kumpul di depan gank aku balik lari terbirit-birit. mereka balas mengejar. diantara mereka ada yang membawa samurai, golok dan clurit. aku berteriak ketakutan. Huda temanku juga sama. lari, lari dan lari.

dari arah depan seorang bapak-bapak berjaket hitam mengeluarkan pistol dan memuntahkan peluru ke arah udara. door, door, door. tiga kali suara tembakan membuat mereka yang mengejarku kembali lari terbirit-birit. kemudian muncul lagi bapak-bapak lainnya berjumlah tiga orang. mereka adalah polisi berpakaian preman. salah satu dari mereka menangkap kami berdua. sebuah gagang sapu dan gesper menjadi barang bukti. Aku dan Huda di gelandang ke polsek setempat.

***

suasana dinginnya sel membuat aku dan huda menggigil semalaman. di tambah lagi bau dari wc yang ad di dalam sel. sungguh tidak mengenakkan. sehari kemudian saat pagi aku di beri makanan sarapan nasi bungkus oleh polisi. aku di introgasi dan aku menjelaskan semua kejadian secara mendetail. semendetailnya sehingga mereka tidak bisa menganggap aku berbelit-belit atu berbohong. tidak ada guru satupun yang menengok atau menjemput. apalagi teman sekolah. entah keman mereka. aku tidak memiliki handphone untuk menghubungi mereka. begitu juga dengan si Huda.
 akhirnya dengan belas kasihan aku di bebaskan oleh pak polisi. asalkan tidak mengulangi perbuatan lagi. apanya yang mengulangi perbuatan? aku hanya membela diri. salahku ada dimana?  siang ini aku bolos sekolah. sehari di sel tahanan membuatku kehilangan selera melakukan aktifitas. tetapi di kontrakan cucian pakaian sudah menumpuk. aku pulang ke kamar kontrakan dengan ongkos pemberian pak polisi. sungguh hidup ini sangat keras. aku berusaha menjadi orang yang bernilai dengan belajar giat. aku ingin agar di terima di universitas yang memiliki reputasi baik. aku berharap mejadi mahasiswa di UI, ITB atau UGM. semua itu terlintas di dalambayanganku karena hanya universitus itu yang aku kenal sejak kecil. dengan pengorbanan yang maksimal, aku yakin suatu saat pasti cita-citaku akan tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar