Rabu, 11 Januari 2012

HANTU KOS-KOSAN

BAB !!
Paginya
13 april 2011
Mereka berempat bangun dari tidur lelapnya. Indra, ayub dan gatot pulang ke kos masing-masing. Bersiap-siap untuk kuliah. “Ketemuan di kampus ya”, itulah kata-kata terakhir diantara mereka.
Hanya gilang sendiri. Seperti biasa apa yang dia lakukan sehari-hari. Ia bersiap untuk bergegas berangkat kuliah. Mengambil kunci motor dan turun ke bawah melewati tangga. Namun ia merasa ada yang janggal . ia mencium aroma kembang tujuh rupa yang biasanya ada di kuburan. Sejenak bulu kuduknya merinding. Ia masih terngiang-ngiang cerita mengeni dua tahun yang lalu di kamar tersebut. 
 
Namun ia tidak peduli, jam tangannya menunjukkan pukul sembilan. Kelas mungkin sudah dimulai. Jika lewat lima belas menit ia tidak bisa mamasuki kelas. Ia langsung menaiki motor dan menarik gas sekuat mungkin demi mencapai kampus yang hanya berjarak sepuluh menit dari kosnya.
Gilang Sampai di parkiran kampus. Ia telat duabelas menit, tetapi ia yakin sang Dosen pasti dapat mentolelir keterlambatannya. Ia membuka pintu kelas disertai anggukan kepala sebagai rasa hormat kepada sang Dosen. Sang Dosen yang berkacamata dan berkumis tebal membalas anggukan itu. Sambil terus melanjutkan penjelasan kepada mahasiswa didpeannya terhadap slide-slide didepannya. 
 
Gilang bergegas mencari tempat duduk paling belakang. Di kelas seperti biasa ia duduk di samping Iren. Selalu paling belakang kelas. Selama proses perkuliahan berlangsung Ia masih penasaran tentang hantu maupun arwah penasaran. Ia mencoba bertannya kepada Iren. Gadis cantik asal bali. Irene Selalu berpenampilan kasual dan sederhana namun orang yang melihatnya pasti akan menilai ia bukan berasal dari keluarga kelas menengah kebawah. Gaya busanaya Celana jins dan kaos serta sepatu slop berwarna putih dan tas hitang selalu diselempangkan di punggungnya.
Gilang menundukkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan buku dan dimulailah percakapannya dengan Iren, “Ren, aku mau tanya, kamu percaya nggak sih ama hantu?”
Ssstttt..... (suara peserta kelas lainnya)
Iren menengok kekanan dan setengah membungkuk ke arah gilang perlahan dan pelan “ha? Hantu? Ia percaya emangnya kenapa? Kamu takut hantu?” balas Iren
kalo arwah penasaran?” tanya gilang lagi dengan suara yang lebih lirih
ia, percaya, emangnya kenapa sih kok nanyanya aneh gitu?”
gini, aku abis pindahan kos, nah denger-denger sih di kamar yang baru itu ada arwah gentayangan”
tadi juga pas pagi-pagi ada yang aneh, bulu kuduk berdiri semua dan ada bau kembang tujuh rupa gitu”
Iren yang mendengan cerita dari gilang langsung merinding. Ia mencoba memikirkan kira-kira respon apa yang akan ia berikan atas cerita yang ia dengar. Ia nampaknya tidak simpatik dengan hal-hal yang berbau mistis. Yang ada dibenaknya adalah gilang keren, tapi ia masih belum bisa membaca pikirannya. Ia selalu berharap mungkin suatu saat nanti ia bisa bersamanya. Ia bingung soal hantu. terlebih ia bukan seorang dukun yang dapat melihat hantu dan menaklukan hantu atau arwah penasaran. Ia ragu untuk menjawab dan berusaha menenangkan Gilang sekaligus memanfaatkan kondisi itu sebagai kesempatan.

yah mungkin perasaan kamu aja lang, nggak usah di pikirin. Nanti makan siang bareng ya” sambil melotot kemata gilang “harus mau!”
Ia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan berusaha mengalihkan perhatiannya kepada sang dosen di depannya.
oke sip, makasi ajakannya ren, hehehe”
Gilang melupakan sejenak mengenai arwah yang selalu ada dalam pikirannya. Lebih baik memikirkan tugas yang baru saja di berikan dosen. Ia berusahan melihat catatan teman disampingngya dan mencatat mengenai bahan-bahan yang diberikan dalam kuliah itu. Sebenarnya ia tak sabar menunggu kelas usai. Ia sudah lapar karena tadi pagi terburu-buru dan tidak sarapan. Akhirnya Ia ingin makan siang dengan Iren. Meskipun dalam pikirannya masih sibuk memikirkan tentang hantu...

Kamis, 05 Januari 2012

HANTU KOS-KOSAN

BAB !
Gilang mahasiswa semester tujuh universitas ternama di Yogyakarta. Ia selalu brusaha menjadi mahasiswa idealis, mengikuti segala kegiatan di kampusnya dan berusaha menjadi kritis.
Suatu ketika saat malam jumat bersama teman-temannya berkupul di kamar kosnya . nomor kamar B13 lantai 2 Kos putra H18. Ia baru pindah ke kamar tersebut. Kamar itu sudah kosong selama dua tahun karena sebab tertentu, dan memang sengaja dikosongkan.  
Tepat dua tahun yang lalu di kamar itu terjadi peristiwa bunuh diri  !
 
Gilang, Ayub, Gatot dan Indra . mereka berempat teman satu angkatan. mereka berkumpul di kamar B13 untuk berbincang-bincang seputar kehidupannya masing-masing.  ya maklum, mahasiswa juga manusia. ada asmara, keuangan, tekanan hidup yang harus dilalui.


Di kamar B13 seluar 4 x 5 meter persegi. Dengan dinding bercat putih baru dan masih bau cat. Beralaskan ubin jawa dan ada karpet merah orange bermotif lambang kesebelasan sepak bola. Di sebelah timur ada sederetan meja dan rak buku. Diatas meja duduk sebuah printer dan laptop. Di sisi kiri Ada meja khusus untuk lesehan. Dan dispenser aqua. Lemari cabin berdiri di sebelah selatan dan terdapat cermin yang besar tergantung disampingnya. cermin segi empat ber frame kayu ukiran jawa peninggalan kamar tersenut.  Sementara itu televisi di pojokan sebelah barat  kamar . sangat lengkap dan rapih untuk kamar seorang mahasiswa pria.  


Karena baru pindah dari kamar lantai tiga kamar ini memang masih tertata dengan baik. gilang berusaha mengenalkan suasana kamar barunya kepada teman-temannya yang juga lelah karena membantu pindahan tadi siang. setelah makan malam yang ditraktir oleh empunya kamar mereka beristirahat. terjadi percakapan diantara mereka.
Gilang : dua tahun yang lalu disini ada yang bunuh diri
Indra : hah? Serius? Nakut-nakutin aja koe lang
Gilang : beneran, serius nih. Katanya sih gara-gara putus cinta
Gatot : haha, gue denger-denger sih kalo orang meninggal bunuh diri, arwahnya bakalan gentayangan. Di tempat bunuh dirinya arwahnya berusaha mencari jasadnya dan berusaha masuk
Indra: maksud loh?
Gatot :arwahnya menyesal dan jadi arwah penasaran


Malam itu mereka memutuskan untuk menginap di kamar itu bersama-sama. Mereka juga berencana membuktikan apakah ada arwah penasaran di kamar itu. 
 
Konon, seorang mahasiswa mengalami depresi karena asmara. Pacarnya pergi meninggaklannya. Ia kemudian menjadi galau , dan tidak peduli dengan kuliahnya. Ia merasa sangat terpukul dan kecewa dengan nasibnya. Ia merasa dikhianati cinta. Ia sudah terlanjur sayang kepada pacarnya. Sejak di tinggalkan ia putus asa. Tiga tahun yang lalu Apri begitu mencintai Marisa. Waktu dimana terjadi keindahan dimatanya. Saat pulang sekolah dengan seragam putih abu-abunya bersama-sama menggunakan transjakarta. mereka berdua selalu bertemu. terkadang karena bus sesak dan penuh , berdiri saling berhadap-hadapan. Tatap mata wanita itu bening. Bola matanya mengadah keatas menatap wajah Apri yang Tampan dan bertubuh lebih tinggi dibanding wanita itu. Tingginya hanya sebahu pria itu. Bibirnya berusaha memberi senyuman manis dan agak sinis. Menantang seorang Apri yang hobi futsal dan beken di sekolahnya untuk menyapa. Bagi Apri kebiasaan dapat menjadi rasa ingin tahu. Hingga akhirnya ia baru menyadari bahwa ia satu sekolah saat menjadi kelas dua. Apri dan Marisa bergabung dalam satu kelas. Di kelas tersebut menyatukan hati mereka. Dan setelah dua tahun menjalani kisah asmara. Apri menlanjutkan kuliahnya di Jogja begitu juga dengan Marisa. Saat keduanya bertembah intim. Mereka dipisahkan oleh takdir. Marisa meninggal akibat sakit leukimia yang dideritanya. Hal yang belum pernah diketahui Apriselama ini. dimas baru mengetahui satu minggu setelah pemakamannya di jakarta. 

Ia beberapa kali menelpon Marisa, namun tidak pernah diangkat. Hingga akhirnya terdengan isakan tangis di ujug telepon. Suara Ibu nya. Ibunya Marisa berusaha memberikan kenyataan itu. 

Apri merasakan tubuhnya lemas dan bergetarseolah tidak percaya. Yang dia ingat hanyalah senyum manis eperti bidadari sang pujaan Marisa. Ciuman lembut bibir dan hangat dekapan  Namun semua kisah itu telah terjkubur dalam-dalam. Seolah tak percaya Apri pulang ke jakarta. Diatas batu nisan ia menangis dikelilingi para sahabatnya.
Sayang, kenapa kmu pergi ninggalin aku? Kenapa kamu menutupi ini semua. aku nggak mengerti sudah sedalam ini aku mencintai kamu...”
Teman-temannya berusaha memberi dukungan dan merangkul pundak Apri untuk mengajakknya pulang..
Sampai akhirnya Apri merasa depresi dan kesepian. Di perkuliahannya ia jarang ngampus. Sampai akhirnya terdengar berita bunuh diri. Apri meninggal akibat luka sayatan di pergelangan tangan kirinya. 

to be continued...