Sabtu, 17 Desember 2011

Tiga jam Bersama Habiburahman El Shirazy


       Salah satu orang yang menginspirasi aku untuk menulis adalah seorang sastrawan Habiburahman El Shirazy atau biasa di panggil kang Abi. karyanya novel ayat-ayat cinta dan novel Ketika Cinta Bertasbih menjadi novel best seller dan telah difilmkan.  Novel ayat-ayat cinta terjual hingga satu juta eksemplar. Hari ini, jumat 16 november 2011, saya berkesempatan untuk bertemu dengan beliau dalam acara talkshow tentang kepenulisan yang diadakan mahasiswa perikanan fakultas pertanian UGM. Di dalam benakh saya tersimpan tanya. Sebenarnya apa yang bisa membuat kang Abi menjadi penulis yang tulisannya mengisnpirasi banyak orang?  Mungkin nggak ya  bisa menjadi penulis terkenal seperti kang Abi? Hehehehe, nampaknya seperti mimpi disiang bolong, tetapi mimpi adalah permulaan yang baik. Bukankah dahulu juga orang bermimpi bisa terbang di langit?
       Jam 13.00, hari jumat.  nggak solat jumat karena Malamnya ngerjain tugas sampai pagi. Masih agak ngantuk dan lelah Dengan tergesa-gesa saya berjalan ke arah auditoriun fakultas pertanian UGM. Sebelumnya terlebih dahulu bertemu teman-teman komunitas HTN di fakultas Hukum untuk memberikan hasil riset tentang kemajuan pembangunan propinsi papua dan papua barat pasca diberlakukannya otonomi daerah. saya pamit ama sesepuh (panggilan senior yang sudah matang ilmu dan berpengalaman juara nasional debat).  Perjalanan saya ke arah auditorium di iringi rintik-rintik hujan. Memasuki fakultas pertanian saya disambut pohon-pohon jenis akasia dan cempaka di kanan dan kiri yang tumbuh lebat dan daunnya menjuntai ke segala penjuru. saya melewati jalan setapak yang di balut batu alam yang lebut. Lurus ke arah utara dengan corak yang alami. Lay out Di sini benar-benar tertata rapi dan indah untuk di lihat, namun tampak asing dan karakter manusianya pun agak berbeda. Mungkin karena beda kluster dengan fakultasku. Singkat kata  sampai di dapan auditorium dan segera menuju ke meja registrasi.  saya disambut panitia, cewek ,  jadi teringat perkataan temen (gilang pamungkas). Dia membagi tipe wanita menjadi empat macam. Tipe A sampai tipe D. Tetapi saya gak mau bergelut dengan apa yang ada dalam pikiran saya tentang tipe wanita dihadapan saya. saya harus registrasi dan segera masuk ke aula. Nah sebelum masuk gue terlibat dialog dengan wanita yang jadi panitia. Dalam tulisan ini saya menyebut dengan nama mba panitia.
“selamat datang mas, silahkan menunjukkan kuitansi pembayarannya” tanya mba panitia.
Karena saya buru-buru akhirnya lupa bawa kuitansi pembayaran tiket talkshow
“wah, maaf mba, ketinggalan” jawab saya secara diplomatis
“kalo gitu namanya siapa ya mas?” tanya mba panitia
“nama saya... nah yang ini mba” saya nunjukin nama menggunakan jari telunjuk di list daftar peserta tetapi belum saya tandatangani.
“silahkan tandatangan mas” sambut mba panitia
Setelah  tandatangan saya langsung diberikan perlengkapan seperti booknote, materi, pulpen dan yang paling nggak kalah penting adalah snack.  Ingat ! Bukan snake tetapi snack atau makanan ringan. sesuatu banget buta saya karena gue belum sarapan dan makan. Hahaha...
Saya masuk ke dalam melewati pintu yang di jaga oleh panitia pria. saya memberi isyarat untuk masuk dengan bahasa tubuh respect dan mata ini lirik kanan kiri untuk membidik tempat duduk yang bakalan diduduki. Ada blok  kanan dan kiri semuanya hampir terisi penuh dan merata. Mata ini tertuju di barisan kelima dari depan. Di depan sudah ada dekan Fakultas pertanian yang membuka acara. Ada juga ujung mata saya sebuah mini stage dengan back drop seperti poster proposi acara talkshow ini. di mini stage tersebut ada tiga buah kursi dan meja yang ditata dengan apik dilengkapi dengan hiasa bunga. Di pojok depan sebelah kanan terdapat meja operator dan tempat panitia mengontrol acara, didukung oleh soundsistem yang baik dan ruangan menggunakan AC walaupun akhirnya dimatikan karena diluar hujan deras. Dari apa yang disampaikan Bapak dekan saat barusan gue baru mengerti asal mula julukan kampus biru  untuk kampus ini. Konon dahulu ada seorang dosen  di kampus ini yang menulis sebuah novel dengan judul kampus biru. Oh.... jadi begitu ya pak. Hehehe.
Setelah acara dibuka pembawa acara mengambil alih. Seorang wanita dan pria yang berpenampilan menarik dan komunikatif. Sembari mendengarkan ocehan mereka gue melahap snack yang ada di kardus. Ada aqua gelas, roti, risol dan apa saya nggak tau makanan apa yang jelas enak. Heheheh
Acara inti akhirnya dimulai. Satu persatu pembicara dipanggil oleh moderator disertai tepuk tangan riuh dan meriah para hadirin. Saya menebak ada sekitar 250 an mahasiswa yang datang pada waktu itu.  Pembicara pertama yaitu kang Abi, dan pembicara kedua adalah Iip Wijayanto yaitu penulis buku sex in the kost. Tetapi gue akan fokus mengulas segala informasi yang disampaikan oleh Habiburrahman El Shirazy atau kang abi dalam tulisan saya ini. dengan dipandu oleh moderator perbincangan sangat menarik. Beberapa point yakni sebagai berikut :
“Sejak kapan kang Abi mengenal dunia sastra atu kepenulisan?” tanya moderator
Kang Abi memberi sambutan salam terlebih dahulu. Dengan suaranya yang berat dan intonasi yang tepat serta tingkat kefasihan bahasa arab yang cume laud. ia menempuh s 1 dan S2 nya di Kairo. Kemudian beliau  menceritakannya panjang lebar mengenai awal mula menggandrungi karya sastra . kurang lebih apa yang beliau katakan sebagai berikut :
Beliau mengawalinya ketika sekolah dasar. Waktu itu ia sangat tertarik dengan puisi. Saat lomba mambaca puisi beliau sebagai ketua kelas mengikuti lomba antar kelas. Dengan lantang disertai liuk-liuk nada dan penekanan ia mambaca puisi tentang pangeran diponogoro karya WS rendra. Ia menang karena peserta yang lain tidak maksimal. Ada yang grogi, ada yang membacanya tidak sampai selesai, ada juga yang suaranya tidakterdengar. Hadiahnya 12 buku tulis. Beliau sangat senang dan menunjukkan kepada ibunya.
Kemudian ia sering membaca  puisi dan berbagai karya sastra termasuk menulis cerpen. Ia melanjutkannya hingga pesantren. Bersama teman-temannya ia sering mengikuti lomba termasuk di UGM ketika memenangi lomba membaca puisi arab di gelanggang yang diadakan jamaah salahudin.
Ketika ia diterima beasiswa  di Qairo ia memutuskan melupakan segala hal mengenai karya sastra. Beliau berniat akan fokus mendalami ilmu hadis. Ia tidak tertarik dengan segala kegiatan ekstra karena ia telah bosan mengikuti kegiatan ekstra atapun organisasi. tetapi tanpa disadari, ia mengasah kemampuannya dengan menulis buku harian dan menulis surat kepada ibunya di Indonesia. Ia menceritakan dan menggambarkan segala hal yang dilihat, dirasakan, dan dialaminya saat menempuh kuliah di universitas Al-azhar, Qairo, Mesir.  Saat perjalanan menuju mesir, saat di hotel dan saat tiba di sungai nil ia menulisnya secara indah. Setelah bebarapa tahun menjalani dan memperdalam ilmu. Ia sedang dalam taraf tingkat akhir. Artinya ia lebih fokus mendalami ilmu hadis karena akan menempuh ujian, akan tetapi beliau mendapatkan surat dari ICMI (ikatan cendekiawan muslim Indnesia) delegasi Qairo. Surat tersebut berisi penunjukkan dirinya untuk menjadi koordinator  ICMI bidang sastra dan seni perwakilan Qairo. Nah beliau  sangat kaget karena ia sama sekali tidak pernah mengajukan niat jabatan tersebut. Selidik punya selidik ternyata ada yang mengetahui kiprahnya di dunia sastra saat di Indonesia dahulu. Beliau menjalanya sebagai koordinator dan mengumpulkan sastrawan pelajar asal Indonesia. Sebagai koordinator mau tidak mau beliau membuat program kerja seperti latihan dan berdiskusi serta menunjukkan kebolehan masing-masing dalam hal karnyanya. Ia banyak menulis cerpen dan puisi seperti saat meilhat wanita cantik di sana ia menuangkan kekagumannya dalam bentuk puisi. Adapun beliau sering menulis kegundahaannya melihat gelaja disekitarnya seperti saat melihat berita  anak kecil di Israel yang di brondong ratusan peluru oleh tentara zionis israel. Ia menuangkannya dalam sebuah cerpen.
Keadaan mengubah pandangannya terhadap sastra saat ia membutuhkan dana untuk melanjutkan kulah S 2 nya di universitas yang sama ,Mesir. Tidak boleh bekerja tetapi ia bisa menjual kemampuannya dalam hal sastra yakni menulis. Ia mengajukan diri dalam sebuah percetakkan sebagai penerjemah bahasa arab ke bahasa indonesia. Deadline kerjanya sangat ketat. Ia harus menterjemahkan 200 halaman dalam waktu satu bulan. Sehingga waktu itu tahun 1999 ia tidak memiliki waktu luang untuk berkumpul bersama teman-temannya.  Seharian yang ia kerjakan adalah menerjemahkan buku arab kedalam bahasa indonesia. Sehari-hari hanya bersemdi di dalam kamar dan jarang sekali keluar untuk bermain. Tanpa disadarinya hal tersebut adalah cara Allah untuk mendidik dan mengasah kemampuan menulisnya. Ia juga pernah menulis cerpen bahasa arab dan menimbulkan reaksi  yang negatif dari wanita di sana karena cerpennya dianggap merendahkan wanita. Reaksi tersebut ia tangkap sebagai indikasi bahwa ia dapat menulis cerpen. Ceritanya menceritakan mengenai wanita yang mengorok saat tidur. Teman dekatnya menceritakan kebiasaan tersebut kepada calonsuami si wanita tersebut. Padahal, calon suaminya sangat sensitif terhadap bunyi, karena ia membutuhkan suasana tidur yang sunyi. Hingga akhirnya wanita tersebut dengan berkonsultasi kesana dan kemari mengambil keputusan untuk dioperasi agar tidak ngorok  atau mendengkur saat tidur. Akhirnya calon suaminya merasa lega dan menikahinya.  Cerpen tersebut sangat lucu. Singkat kata cerpen tersebut menceritakan kejujuran segala yang harus dipersiapkan saat menghadapi perkawinan agar terjadi pernikahan yang sakinah, mawadah, warohmah. Ia juga banyak menulis cerpen dan puisi seperti saat ia melihat perang di palestina yang menjadi inspiransinya. Hingga akhinya disana ia melahirnkan novel ayat-ayat cinta.
Pulang ke Indonesia ia menjadi pengajar. Kitab kuning. Akan tetapi para remaja kurang tertarik hingga ia menangkap fenomena saat berkunjung ke gramedia. ia melihat remaja yang sangat tertarik dengan membaca novel bertema cinta. Ternyata cinta itu sesuatu yang dapat dijadikan bahan ajarannya. Melalui cinta beliau dapat menyebarkan kebaikan islami. Hingga saat mengajar ia menyelipkan tema-tema yang hangat dan menjadi bagian kehidupan remaja.
Begitulah Habiburahman El Sirazy menceritaan panjang lebar mengenai awal mulanya terjun di dunia sastra.



Pertanyaan kedua yang disampaikan modrator yakni
“Apa  sih inspirasi seorang Habiburahman dalam menulis?”
Mengenai inspirasi beliau menjelaskan sebagai berikut
Bahwa inspirasi adalah ikan di lautan luas. Sangat banyak bahkan tidak terhitung. Seorang penulis adalah seorang nelayan yang bekerja mencari ikan. Ada nelayan yang malas ada nelayan yang rajin. Nelayan yang rajin ia akan memutar otaknya bagaimana mendapatkan ikan yang banyak. Ia bekerja keras hingga muncul cara-cara kreatif untuk menangkap ikan seperti memancing, menjaring, menggunakan kapal yang canggih. Sementara itu nelayan yang malas ia akan menunggu ikan terdampar di pinggir pantai. Memang sesekali dalam beberapa tahun ada ikan paus yang terdampar. Tetapi tidak baik apabila nelayan hanya menunggu di pinggiran pantai sementara itu di lautan banyak sekali ikan-ikan.
Sama halnya seorang penulis. Ia harus mengejar inspirasi. Baik dalam diri sendiri maupun keadaan di sekitarnya. Seorang harus pekak dan pandai menuangkan kegundahan akan suatu hal.
Contoh ketika timbul inspirasi mengenai cara mengatasi emosi. Seorang penulis yang kreatif dengan menggunakan facebook menulis di statusnya , bagaimana meredam emosi yang paling tepat? Jika anda marah apa yang anda lakukan untuk menenangkan diri?
Tinggal menungu selama beberapa hari pasti banyak komentar di account facebook dan pendapat atau coment di facebook dapat digunakan untuk bahan menulis sebuah essay atau artikel mengenai cara meredam emosi.
Seperti itulah Habiburahman El Farizy menceritakan perihal inspirasi bagi seorang penulis.
Pertanyaan selanjutnya yakni bagaiman agar menuangkan sebuah ide agar indah dan dapat menghanyutkan pembaca dalam peristiwa yang ditulis?
Beliau menjawab pertama yakni berlatih dengan munulis buku harian, kemdian memperkaya kosa kata dengan banyak membaca tulisan atau karya sastra dari penulis yang berkualitas. Selain itu penulis harus mengembangkan inspirasi yang telah didapat.  Caranya yakni dengan bertanya. Andaikata kita ingin menulis sebuah cerpen mengenai Sandal Jepit di masjid.
Lalu keluarkan beberpa pertanyaan mengenai sandal jepi yang akan menjadi tema pokok cerpen yang akan kita tulis.  Contohnya Milik siapa? Di hadapan kita akan sangat banyak jawaban yang muncul, tetapi jika ingin membuat keunikan tersendiri maka buatlah jawaban yang unik.
 Sandal Jepit Britney spears, Obama atau Ma’mum masjid. Anggaplah memilih jawaban Sandal jepit britney spears karena akan menimbulkan banyak pertanyaan dan cukup unik. Kemudian kita bertanya lagi . dimana? Di masjid. lah kok bisa sandal jepit britney spears ada di masjid?  Di curikah, atau ia mampir untuk solat? Atau jangan-jangan milik remaja masjid akan tetapi karena sandal jepit bergambar britney sehingga kita menyebut sandal tersebut milik britney spears.
 Nah pertanyaan-pertanyaan seperti itu tentunya dibuat dan jawabannya adalah menggambarkan seuatu atau keadaan.  Contoh diatas hanyalah contoh sederhana. Jika ingin membuat novel tentunya membutuhkan latihan keras.
Sebuah novel yang baik tentunya membutuhkan riset yang dalam dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya novel Bumi Cinta karya akang Abi yang terbaru. Waktu yang dibutuhkan untuk merisetnya yakni satu tahun. Hal tersebut karena berlatar belakang kota Moskow di Rusia. Beliau meneliti dari mulai kajian antropologis, hingga setting suasana di Moskow. Risetnya melaui buku, internet, wawancara orang yang berpengalaman tinggal di Moskow dan lain sebagainya.
Beliau mengahkiri pertnayaannya dan disambut tepuk tangan para peserta talksaho yang hadir.
Nah seperti itulah  hal yang dapat gue ceritakan seputar talkshow kepenulisan dengan pembicara utama Habbiburahman El Shirazy.  Diluar hal yang gue sampaikan di atas sebenarnya banyak sekali hal yang dapat di petik seperti apa yang disampaikan pembicara kedua Iip Wijayanto. Adapun masih banyak ilmu yang terlewatkan. Karena keterbatasan memori di otak gue sehingga gue hanya dapat menceritakan yang diatas saja.
Jam menunjukkan sekitar  pukul 16.30. acara talkshow usai,  Acara dilanjutkan dengan pembagian plakat di akhiri sebuah perfomance acoustik yang menampilkan grup musik dengan komposisi pemain Jimbe, Gitar, Harmonika dan Biola serta seorang vokalis wanita berwajah imut-imut. Dua buah lagu  dibawakan dengan sangat apik. Setelah itu acara ditutup dan gue keluar mengambil sertifikat di depan auditorium dan mengambil makanan. Gue langsung pergi meninggalkan auditorium melewati jalan yang gue lalui sebelumnya. Gue sangat Terima kasih kepada Allah tetah memberikan kesempatan untuk membuka wawasan tentang sastra, tulisan baik puisi, cerpen dan novel.
Ada hal yang sangat penting yang gue tangkap dari semua yang telah gue uraikan diatas. Bahwa seorang penulis akan lebih baik jika ia memiliki banyak ilmu. Seorang penulis harus selalu belajar, belajar dan belajar akan sesuatu hal. Terutama ilmu mengenai agama, karena apa yang kita tulis harus dapat dipertanggungjawabkan. Sesosok Habiburahman El Sirazy mendalam iilmu hadis dan menyebarkan ilmunya dengan dibalut seubuh karya novel tentang cinta dibalut sentuhan agama. Sehingga pembaca dapat mendapat banyak ilmu.
Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah pesan “ jadilah seseorang penulis yang dapat menginspirasi banyak orang, bukan sebuah materi tujuannya. Akan tetapi kebaikan yang kamu sebarkan”.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar