Rabu, 12 Desember 2012

Bukan Sesuatu

Aku senang sekali suasana menjelang magrib. Entah mengapa. Sekitar pukul 17.30 sore hari. Ada sesuatu yang berbeda di saat-saat pergantian waktu menjelang malam. Ada burung-burung yang terbang bergerombolan, awan-awan yang berkilauan menutupi langit yang merah, dan hembusan angin yang khas.

Biasanya pada waktu menjelang magrib, aku senang sekali memandangi langit. Pikiranku akan bergulat pada imajinasi tempat-tempat seperti syurga. Jika di dunia saja sudah indah seperti ini apalagi di surga? Surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Entah seperti apa. 

Setelah magrib seolah suasana itu hilang. Keesokan harinya aku ingin merasakan waktu subuh menjelang pagi. Sudah dua tahun ini aku tidak merasakan. Ya, sekitar dua tahun aku terbangun paling pagi sekitar pukul 8. Itupun jika si Wisnu teman kamar kosku menggedor-gedor pintu kamarku. Heuheu, Ingin sekali bangun jam 5 pagi, tapi tidak bisa.

Pesan orang yang aku sayangi, Ibuku, untuk selalu bangun  subuh. Tapi apa lacur. Setan seolah memelukku erat. Selama dua tahun ini belum pernah sekalipun berhasil bangun subuh.

Sampai sekarang aku masih suka waktu sore menjelang magrib. Entah?. Mungkin jika aku bisa bangun subuh dan bisa merasakan waktu subuh menjelang pagi aku akan jatuh cinta. Iya , Jatuh cintah waktu subuh menjelang pagi. Merasakan segarnya udara pagi, melihat segerombolan burung berangkat mencari makan, dan merasakan hangat sinar matahari pagi. Oh, Bukan sesuatu. Aku masih bukan sesuatu jika tidak merasakan saat-saat itu... masih bukan....

Minggu, 01 Juli 2012

Mati...

Aku masih menunduk lesu di sini... Memandang tumpukan batu yang menjadi bangunan...
Aku termenung sejenak... mencari sebuah arti hakikat kebenaran di sekelilingku...
Aku tidak bisa mengerti... sungguh tidak mengerti.
Aku, hanya seonggok tulang yang dibalut daging serta dikaruniayi akal pikiran dan jiwa... 
Aku, tidak tau bagaimana semua ini terjadi ... dimana bumi berputar dan langit menggantung tanpa tiang...
Aku tidak tau bagaimana bumi bisa mengelilingi sang matahari dan seberapa jauh semesta ini terbentang.
lupakanlah...

Wahai teman, bukankah kita ini lemah? bukankah kita tidak akan mampu memikirkan hal-hal itu? 
wahai teman..,. mengapa masih ada penindasan di bumi ini? aku selalalu menangisi nasib-nasib orang yang entah hari ini mereka makan apa. Aku juga selalu menangisi keadilan yang semakin jauh dari rasa keadilan itu sendiri...
wahai teman.. apa yang kamu cari di dunia ini? bukankah kita akan mati? dan sepemahamanku hanya sholat yang bisa menyelamatkan kita kelak.

Aku hidup di atas sikap toleran karena untukmu agammu dan untukku agamaku...  
wahai teman, kita ini hanya manusia.... kita akan mati...

 

Selasa, 26 Juni 2012

Keyakinanku Semakin Teguh...

Betapa indahnya suasan sore itu. Seindah wajah cantiknya yang selalu teduh dan bijak akan nasihat-nasihatnya. Langit meredup dengan gumpalan awan berwarna keemasan di sebelah barat. Matahari sudah hampir tenggelam. Burung-burung bergerobolan pulang dari mencari nafkah, terbang ke menuju sarangnya.
Betapa bebasnya buring-burung itu. Banyak manusia juga ingin terbang bebas seperti burung, namun manusia banyak yang kebablasan. Bebas tidak berarti kita lupa kepada Allah. Memandangi langit sore dan burung-burung saja aku  merinding karena itu adalah salah satu bukti kebesaran Allah.

Aku berjalan pelan sambil mengingat-ingat masa laluku. Terbesit bayangan-bayangan lama yang entah mengapa masih tersimpan. Dosa itu seperti goresan luka ditubuh. Sembuh tapi masih membekas.
Aku berjalan menuju langgar. Tempat ibadah kecil yang setiap hari selalu full dengan shaf nya.

Suara azan berkumandang menandakan seruan kepada manusia untuk solat maghrib. Ini adalah panggilan mulia. Azan saling bersahut-sahutan dari setiap masjid. Orang-orang berlalu lalang tidak menghiraukan suara itu. Entah, mungkin mereka lelah dan perlu membersihkan diri di rumah. Mungkin saja mereka akan solat di tempat masing-masing. Para muda-mudi dengan motornnya baru pulang dari kampus. Semua berlalu bergitu saja seperti biasa. 

Aku berjalan tertunduk, masih mengingat-ingan masa lalu. Masa lalu yang kelam. Masa lalu dimana diriku tidak dekat ini dengan penciptaku. Waktu itu ibadah ku hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja. Maklum aku lahir di keluarga muslim, tapi muslim NU tradisionil. Mungkin itu yang membuat distorsi kepada diriku. Lahir di keluarga muslim tidak lantas membuatku mengerti Islam secara haqiqi. Aku perlu selama ini untuk menemukan kembali Islam yang murni. Perlu bayak pengalaman, nasihat, buku-buku dan banyak lagi. 

Dulu, suatu ketika, aku bertanya-tanya. Benarkah Tuhan menyayangiku. Jika menyayangiku mengapa aku selalu mengalami kemalangan dan kesusahan? Tidak seperti mereka yang tidak beribahda tetepi bahagia akan hidupnya. Hidup berkecukupan, memiliki wajah cakep dan memiliki banyak teman.
Aku bertanya lagi pada diriku, apakah tuhan benar-benar ada? Haruskah aku menyembahnya? hal itu membuat aku malas. 

Suatu ketika aku juga pernah bertanya. Bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta ini? Banyak hal-hal diluar logika manusia. Untuk apa tuhan menciptakan manusia? Jika tuhan berkuasa mengapa tidak semua orang dibuat beriman kepada Nya? Mengapa manusia di buat sebebas-bebasnya?

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan radikal dan pertanyaan nakal. 

Aku tertunduk dan masih berjalan menuju langgar. Sambil tersenyum tipis atas pertanyaan-pertanyaan bodoh ku di masa lalu. Kini aku jadi malu dan berdosa atas pertanyaan itu. dulu, Islam belum aku kenal seperti sekarang ini. Bahkan butuh waktu empat tahun di yogyakarta untuk benar-benar mengenal islam yang sebenarnya. Kajian-kajian aku datangi, buku-buku aku baca, berdiskusi dan mencari jawaban melalui Internet.

Suatu ketika aku mendapati jawaban atas pertanyaan itu semua. Tidak mudah dan tidak singkat. Banyak hal dan waktu yang lama. Salah satunya ketika menggunakan google earth. Sebuah aplikasi di Internet yang aku download. Lalu aku dengan isengnya melihat-lihat lokasi yang merupakan hasil pencitraan satelit. Bebarapa kali aku menggunakan. Sampai tiba waktu dimana aku merasa terhenyak.
Betapa bodohnya aku ketika tersadar. Hey? jika dilihat dari langit betapa kecilnya manusia. Sama seperti semut di bumi. Betapa kecilnya Bakteri dan sel-sel , tapi manusia itu sesungguhnya kecul juga. Jika semut itu kita injak pastilah mati. Saya menganalogikan manusia sebagai semut itu. dari google earth saya lihat bangunan-bangunan yang dibuat manusia itu sendiri. Betapa kecilnya itu. Sementara itu semesta ini begitu luas dan tidak terbatas. Bahkan menurut teori ilmiah alam semesta ini semakin mengembang sama seperti yang diungkapakan salah satu ayat di Al-quran.

Bumi yang menggantung di tengah jagad raya tidak jatuh? mengapa? lalu matahari itu , bulan itu dan bintang-binta itu. Lautan yang luas, guntur, gunung-gunung dan  segala macam yang aku lihat dari google earth.

Lalu siapa di balik ini semua ini, yang mengatur siang dan malam, mengatur agar bumi tidak jatuh dan  tetap terus berputar, Mengatur nasib-nasib manusia di bawah sana? 

Akupun terhenyak. Tidakkah aku mengingkari kebesarannya? Ya, Ternyata otakku tidak sampai untuk memikirkan hal-hal itu. Manusia itu makhluk yang lemah. Jadi mengapa aku harus bertanya-tanya tentang pertanyaan yang di luar nalar pikiran manusia? Pertanyaan ku yang radikal sebelumnya.
Jadi saya berfikir, sudahlah dengan alasan HAM atau apapun nurut saja seperti yang ada di Al-quran dan Hadist. Mengapa harus mengelak dan banyak tanya? Toh kita akan membuktikannya kelak ketika ajal menjemput alias mati.

Ternyata betapa banyak kasih anugrah yang diberikan kepada manusia. Manusia tidak pernah puas malah mengingkarinya dengan pertanyaan pertanyaan ekstrim. 

Keyakinku semakin teguh. Aku membaca kisah-kisah umat terdahulu di Al-Quran yang selalu mengingkari kebesarannya. Mereka di azab karena tidak mau menyembah Allah. Padahal sudah jelas kekuasaan Allah. Allah menurunkan agama kepada para nabi di jajirah arab. Awalnya saat manusia pertama Nabi adam dan Hawa serta keturunannya masih menyembah Allah, tapi saat kaum Nuh menyembah patung-patung sampai Allah murka dan menurunkan para Nabi untuk memberi petunjuk. Semua nabi memiliki ajaran yang sama. Satu yakni menyembah Allah. Agama yahudi, nasrani awalnya pun sama karena pengaruh distorsi dan tangan-tangan manusia tidak bertanggung jawab akhirnya semua menjadi salah. Hingga Allah menurunkan agama paling sempurna dan yang paling update yakni Islam. Allah mengutus para nabi yang sama-sama menyeru kita untuk menyembah Allah. Nabi Ibramim, Nambi yusuf, nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa dan yang terakhir Nabu Muhammad. Allah juga menurunkan wahyu yakni taurat, Injil dan yang paling fresh dan masih terjaga kemurniannya adalah Alquran. 

Lalu mengapa kita harus bandel untuk tidak melaksanakan perintah para nabi dan menjauhi larangannya. Mengapa kita tidak membaca kitab-kitab yang dirturunkan ribuan tahun yang lalu sebagai rule hidup di dunia. Dengan seenaknya kita selalu membantah dan bertanya dengan pertanyaan yang agak ngawur. Padahal belum juga kita membaca Al-quran sebagai jwaban atas itu semua. Bukankah Allah telah mengajab orang-orang yang selalu ingkar pada masa lalu? Bukankah sudah adabukti kebesarannya seperti kisah nabi Firaun dan juga kisah kaum sebelum kita. Bukankah AL-quran telah menjawab secara pertanyaan bagaimana awal mula alam semesta. bagaimana kita terbentuk dari sperma dan seterusnya.

 Sholat 5 waktu bukanlah perkara yang berat jika dibandingkan dengan kecilnya manusia yang bisa dilihat dari google earth. Kita itu tidak ada apa-apanya. Tidak ibadahpun ALlah tidak akan rugi. Malah nanti yang tidak menuruti perintah akan menyesal dan sedih di akhirat kelak. Itu sama ketika kita bermain-main dan malas belajar saat akan Ujian Akhir Nasional. Pas kita tidak lulus banyak siswa yang menangis dan bahkan stress. Sama seperti nanti ketika kita menerima rapor nilai kehidupan kita di akhirat kelak . Jika kita bermalas-masalan di dunia untuk beribadah bahkan berbuat jahat maka hasilnya akan membuat kita kecewa. 

Aku beristigfar, ingat akan dosa-dosaku pada masa lalu. Ingat bahwa betapa bodohnya aku tersesat padahal  Al-quran telah memberipetunjuk. Ya, Allah berilah petunjuk hambamu ini. Beri juga petunjuk saudara-saudaraku yang lain. 

Saat aku berjalan suara iqomah telah terdengar. Aku mempercepat jalanku. Menuju sebuah langgar. Langgar itu diluarnya sudah banyak sendal para jamaah. Betapa indahnya agama ini. Para wanitanya dijaga kesuciannya. Para prianya juga menjaga pandangannya. Betapa banyak keindahan-keindahan Islam yang baru aku rasakan saat ini. Islam yang murni. Islam yang tidak bid'ah. Islam seperti yang Nabi Muhammad sampaikan. 

Maka keyakinanku sekali lagi semakin teguh.., 


Rabu, 20 Juni 2012

Hikmah Hari Ini...

Pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga. Kita bisa mengambil hikmah dari itu semua.  Sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan apa yang saya alami kemarin. Kejadian itu remeh, tapi bisa berakibat fatal. Malah bikin ketawa-ketawa sendiri. Oh, betapa bodohnya saya. Kejadian hari kemarin benar-benar bikin saya lebih berhati-hari dan tetap tenang. Berkali-kali saya istigfar.  Astagfirullah.... :D

Kejadian bearwal ketika HP saya berdering. Saya lihat ternyata itu telp dari si Wisnu, teman kos saya.

Saya : Waalaikum salam, ada apa nu?
Wisnu : Pri, bisa jemput aku nggak, di Bandara Adisucipto.
Saya : Sekarang?
Wisu : Iya, bisa nggak?
Saya : 20 menit ya aku sampe ke situ?
Wisnu : oke.

Niat Tulus Itu...
Sesama teman kita tentunya harus saling tolong menolong. Kebetulan juga si Wisnu sering menjemput saya di stasiun Tugu. Maka saya banyak berhutang budi sama si Wisnu. Ini kesempatan untuk membalas segala kebaikannya. Meskipun agak males sih. hehehe, tapi berbekal niat tulus saya langsung ganti pakaian dan   menyiapkan dompet dan kunci motor. Di kamar ada Catur dan Antok, jadi nggak perlu mengunci kamar.

Dengan motor honda kesayangan, saya meluncur ke arah timur. Lalulintas di sepanjang jalan padat merayap. Terik siang matahari menambah keseruan di siang itu. Saya menggeber gas sampai kira-kira 60 km perjam. Saya tidak berani kenceng-kenceng soalnya motor ini sudah nggak balance. Sambil jalan saya sempat melamun, di dalam pikiran saya bertanya-tanya. Sendang apa si wisnu di bandara?  Pertanyaan itu saya jawab sendiri. Paling dia beli tiket untuk pulang kampung ke kalimantan. Saya dengar-dingar dia mau pulang ke kalimantan. Tapi kok nggak di agen pariwisata aja ya. Lalu saya mengalihkn pikiran saya kepada hal yang lain.

Hemm, nanti jam 1 ujian. Tugas akhir belum dijilid. Terus jam 3 juga ujian close book.  Kalo nggak belajar lagi bisa gawat jeblok dan rugi nih. Kira-kira soal yang bakalan di keluarkan dosen seperti apa ya? Nanti selesai menjemput Wisnu saya berniat belajar lagi.

16 menit kemudian saya sampai di depan bandara. Lalu saya hubungi Wisnu untuk mengetahui keberadaannya.

Saya : Halo, nu, koe dimana?
Wisnu : Di depan pintu depan bandara yang ada bacaan International airpot.
Saya : oke tunggu ya.

saya pun balik lagi keluar pintu bandara, lalu bertemu si Wisnu. Terjadilah spenggal percakapan itu :

Wisnu      : (mau naik membonceng motor saya), Helm nya mana pri?
saya         : Helm ? ini (saya sambil menunjuk helm  yang saya pake)
Wisnu      : Bukan, Koe ora nggowo helm nggo aku? (kamu tidak membawa helm buat saya?
Saya        : hah? (sambil bermuga bodoh dan konyol)
                  Astagfirullah...  Lupa
saya hanya nyengir sejadi jadinya. Dasar o'on. Gimana bisa kok jemput orang bawa helmnya cuma satu. haduh...      :S

Gimana dong, di jalan raya tertib lalu lintas nggak pake helm sama saja menyerahkan diri untuk di tilang oleh pak polisi.

saya : Udah naik aja nu, nanti gampang. kita berdoa saja tidak ada polisi

Si Wisnu pun naik dan saya langusng tancap gas. Setelah bebarapa saat perjalanan, disebuah pertigaan lampu merah dari kejauhan terlihar banyak kendaraan polisi berjejear di Pos. Ada mobil, motor BM dan motor Tiger bercorak polantas. Alamak, bisa-bisa gawat nih.  Kalo lewat pasti terlihat polisi dan pasti dengan mtor ber cc bersarnya mereka akan memburu kita. Motor saya cuma 60 km perjam. Lah paling nggak sampai semenit sudah tertangkap. Bisa-bisa kena tilang nih. haduh, mana dompet kosong. nantii urusannya tambah panjang.

Wisnu      : Pri, pri, berenti dulu .. di depan banyak polisi
saya         : oke, nu. Koe jalan aja yah, sampai pos polisi lewat.

Saya mikir lagi. Kalo setiap ada pos polisi berenti-berenti terus, lalu kapan sampainya? waduh dari pada resiko kecelakaan dan ketangkap polisi mending ikut aturan aja deh.

Saya        :Begini aja deh nu, dari pada repot-repot, koe tunggu aja di sekitar sini. Saya balik ke kos dulu ambil helm.

Akhirnya setelah menimbang-nimbang jalan terbaik dan untuk menghindari resiko kecelakaan maupun tertangkap polisi maka saya kembali ke kos untuk mengambil helm. Inilah pola pikir saya yang masih bermindset wong ndeso. Saya hanya taat hukum karena ada polisi. jadi pakai helm karena takut polisi bukan karena mentaati undang-undang. Entah apa saya yang kuran beradab atau memang di dalam diri saya mengalir darah Indonesia yang memang seperti itu. Entahlah, memang kesadaran hukum di negeri ini masih lemah.

Saya berusaha untuk sabar. Niat membantu teman tetapi urusan jadi malah kacau semua. Gara-gara nggak bawa hlm jadi bolak-balik di tenah keramaian kota. Plus dapat bonus terik siang matahari.  Ini gara-gara saya yang pelupa alias sudah pikun. Tapi terlepas dari itu semua, saya berusaha untuk tersenyum. Ya, ini masalah sederhana. Hadapi semua dengan senyuman. Toh masih banyak orang lain yang mendapatkan cobaan lebih berat.

15 menit kemudian saya sampai di kos. Kebetulan di dapan kos banyak motor dan ada helm yang nganggur. Saya ambil helm si Antok. Dia  nggak akan marah kalo helmnya di pinjam. Dengan terburu-buru saya langsung menuju Bandara Adisucipto dan saya lihat di Indikator light bensin sudah berkedip-kedip. Waduh, dimana jadinya nih kalo habis. Mana nggak bawa uang.

Di Sekitar daerah Janti  tiba-tiba mesin motor saya kehilangan daya. di Gas pun sudah terbatuk-batuk. Dugaan saya benar. Bensin motor saya habis total. Haduh, gimana nih. Apakah ini sebuah cobaan ? Inilah hasil dari pada keteledoran saya selama ini. Ya salammmmmm

Minggir-minggir-minggir!
Di tengah padatnya lalau lintas di sekitar jembatan Janti saya pinggirkan motor saya. Otomatis mau tidak mau saya mendorong motor saya di pinggir trotoar dan berharap ada tukang bensin. Biarpun tidak ada uang nanati saya akan coba melobi tukang bensin eceran untuk meneria Kartu identitas sebagai jaminan. Mungkin nanti setelah ini saya akan meminjam uang wisnu untuk mengambil kartu identitas saya. Terik matahari menambah penderitaan yang saya alami.

Akhirnya saya tertolong, juga tukan bensin eceran. saya meninggalkan identitas dan meluncur lagi ke Arah Adisucipto menjemput kawan saya yang mungkin sudah jamuran menunggu saya. Heheheh :P

Setelah menjemput Wisnu dan membayar utang di tukan bensin. Urusan saya belum selesai. Ada dua ujian UAS yang harus saya tempuh. Pada waktu zuhur, Saya pun bersimpuh di atas sajadah. Bersujud dan memohon doa kepada Allah agar nanti ujian diberi kelancaran. Saya bersyukur bisa menghadapi cobaan pada hari ini. Kekikiran saya sebagai manusia diingatkan lagi oleh Allah. Sepandai apapun kita, secerdas apapun kita, jika Allah bekehendak maka semua itu akan sirna. Pikiran kita akan lupa dengan segala hal yang berbau diniawi jika banyak pikiran di dalam diri kita. Itulah Hikmah hari ini...





Sabtu, 16 Juni 2012

Makan Kambing

Coba tebak, hal apa yang paling sensitif di kalangan anak kos? Duit. ia menurut saya sih duit adalah hal paling sensitif buat anak kos. Khususnya anak kos semacam saya yang berkantong cekak. Saya harus pintar-pintar menghandle pengeluaran sehemat mungkin. Kalo boros besok-besok malah nggak bisa makan. Salah satu hal yang bisa membantu menghemat pengeluaran adalah makan gratis. Bisa di traktir teman atau nemu makanan di jalan. Ngomong-ngomong soal makan gratis, barusan saya bersama teman-teman kos ketimpa durian, alias dapet rejeki makan gratis. Nggak tanggung-tanggung, tiga jenis makanan dari daging kambing. Ada sate, Gulai, dan Tongseng.  Hemmmmm nikmat deh pokoknya.

Ceritanya berawal saat Pak Ikhsan yang sedang sekolah program doktornya di fakultas peternakan mengadakan penelitian tentang daging kambing. Nah untuk mengetahui hasil penelitian maka kambingnya harus di potong dan dagingnya harus dimasak. Untuk itu kita-kita diberi kesempatan sebagai tester daging kambing yang diteliti. Wah lumayan kan dapet makan gratis, daging kambing pula.  :D

Lebih dari itu kita merasakan kehangatan suasana perasaudaraan sesama warga kos PD. Kami berangkat bersama-sama dari kos ke tempat penelitian (peternakan ugm). Canda dan tawa mewarnai kegiatan hari itu. di sore hari menjelang malam minggu. Ini kebetulan semua anak kosnya adalah jomblo. Di salah satu kandang kambing kami sekitar 9 (sembilan) orang berkumpul. Sudah lama saya tidak melihat kambing. Kambing itu lucu-lucu. Mereka berjejeer rapih sendang makan di dalam kandang yang diberi sekat-sekat. Saya jadi teringan dulu pas waktu SD sering sekali menggembala kambing. Sebenarnya sih dulu yang punya kambing adek saya, tapi dia malas merawatnya jadi biasanya saya menjemput kambing yang dilepas di kebun untuk dimasukkan ke dalam kandang.

Selain kambing di kandang itu juga ada kuda, sapi dan lain sebagainya. Oke, kita balik lagi ke topik awal tentang makanan dari daging kambing. Heheh, sudah lama saya juga tidak makan daging kambing. Terakhir kali mungkin saat lebaran Idhul adha tahun lalu. Kita makan daging itu di taman kuliner dekat kampus UNY. saya lupa warung makan yang menjadi tempat riset namanya apa. Yang jelas kita disedikan beberapa produk dan menu. Heheh, so, Malam minggu itu sungguh suasananya fun, enjoy dan hangat. Ada mas Fahmy yang juga sedang galau. heheh adan Mas indung yang suka ketawa-ketawa, ada wisnu, wahyu, wawan, Mas hilman dan adiknya.

Terakhir saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Ikhsan yang dengan baik hati telah mengundang kami, anak-anak kos PD. Ini menjadi malam minggu yang bermakna. karena kita bisa makan enak dan gratis. Di tengah kesibukan kami sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang berupaya membuat karya skripsi, ini menjadi pelipur lara, penghilang kejenjuhan dan yang pasti perbaikan gizi. Semoga penelitan Pak Ikhsan berjalan sukses. Amin....

Jumat, 15 Juni 2012

Berenang

Minggu ini adalah minggu tenang sebelum UAS. Dua hari yang lalu  gilang mengajak saya dan Wahyudi untuk berenang. Kebetulan saya sudah lama tidak berenang. Itung-itung olah raga dan membuat perut yang buncit menjadi sixpect. Nah kemarin rencana itu kami eksekusi. 

Pagi itu suara ketukan pintu membangunkan saya. Astaga, sudah jam 8 pagi. saya kesiangan dan melewatkan subuh. Rupanya Wahyu, teman kos saya. Si  wahyu menanyakan rencanan berenang. Waduh yu, saya baru bangun nih. Saya pun langsung bergegas ke kamar mandi. lalu dilanjutkan berkemas perlengkapan berenang. 

Setelah itu Saya dan Wahyu meluncur ke Kos nya Gilang.  Ini dia  orang yang ngajakin berenang. Sebelumnya saya mempir ke tempat makan dulu untuk membeli makanan di bungkus. Lalu sesampainya di kos gilang, ternyata pintu kosnya masih tertutup rapat. Terkunci pula. Apa-apaan ini, pasti si GIlang masih tidur. Aku menggedor-gedor pintu kamarnya. Sekeras dan sebising mungkin sampai dia terbangun. Membukakan pintu dan tidur lagi. Padahal si Gilang yang ngajakin berenang eh malah dia  belum bangun. 

Seteleh menunggu beberapa saat, saya sambil main gitar semenara si wahyu mainan game. Si ali pun datang. Dia yang paling semengat ke kolam renang. si Ali ingin belajar berenang. Lalu kemi berempat bersama-sama ke tempat renang di daerah belakang UPN. nah ini baru pertama kali ke tempat kolam itu jadi belum tau kondisinya seperti apa. 

Kami tiba di kolam renang itu. Nah setelah membayar uang masuk kami agak kecewa. ternyata kolamnya kecil dan cetek. Banyak anak kecil juga yang telanjang bulat. Itu membuat kami risih. Mana airnya keruh banget. Apa-apaan nih, si Wahyudi sudah bersiap-siap turun. Si gilang juga sama. Di kolam renang banyak wanita yang berbikini yang belajar berenang. cantik-cantik pula. Astagfirullah, tapi saya malah tambah risih. Tiba-tiba kami didatangi oleh petugas kolam renang. Petugas itu menegur si GIlang dan Ali karena tidak menggunakan celana renang. Mereka berdua hanya menggunakan kolor. heheheh.. untung saya belum buka celana. Kalo menyewa celana renang harganya 6000. Jijik ih.. nanti malah ketularan penyakit kelamin. 

Setelah di pikir-pikir mending kita ke tempat kolam renang di daerah jakal aja. Saya memutuskan untuk pindah kolam renang. Nggak apa-apa usah rugi 6000 asalkan bisa puas berenang. Saya ingin kolam yang dalam dan luas. 

Lalu akhirnya kami sampai di Kolam renang jakal atas. Namanya Tirta apa gitu saya lupa namanya. Nah di situ koalmnya lumayan besar dan kedalamannya memenuhi keinginan saya. Lalu kami pemanasan dulu. satu, dua, tiga, empat, heheh gerakannya asal-asalan yang penting pemanasan. 

Sudah nggak sabar akhirnya kami nyemplung ke kolam renang itu. Hemm airnya dingin dan wow kolamnya dalam.  ada hal hal yang bikin saya ketawa. sebenarnya ini jahat sih. Si Ali sama sekali tidak bisa berenang. Dia jaid bulan-bulanan si gilang. heheheh.. untungnya si Wahyudi dengna sabarnya mengajadi Ali. Hal yang membuat saya tidak bisa menahan ketawa adalah ketika Wahyudi menggunakan pelampung darurat. Wahyu memberikan kepada si Ali. Pelampung itu band dalam mobil. Belum di pakai eh ada petugas yang datang. Petugas itu melarang untuk menggunakan pelampung itu. Saya tertawa terpingkal-pingkal. Si gilang juga orangnya iseng. Beberapa kali menarik kakinya si Ali yang lagi belajar berenang. Untung tidak sampai tenggelam. hehehe


overall, hari itu buat saya sangat menyenangkan. Kejenuhan memikirkan tugas akhir (skripsi) dan persiapan menghadapi usah dapat terobati. Sejatinya kita butuh keseimbangan hidup. Jangan melulu berkutat pada hal-hal yang membebani pikiran. Sekali-kali bolehlah kita bersenang-senang. Salah satunya dengan berenang. Berenang bersama teman-teman saya yang kocak.

Selasa, 12 Juni 2012

Sepenggal Cerita Hidup dari Saya...

Saat log in facebook tiba-tiba sebuah pesan muncul. Adik saya yang berada di jakarta menyapa saya. Dia lebih muda dua dari umur saya. Memang sejak empat tahun lalu kami berdua semakin akrab.  Lalu terjadi sepenggal obrolan.

Ade : "Mas"
Saya : "Ia, apa kabar?"
Ade : "baik mas, mw beli kamera nih, kemarin udah minta uang ama ema' ini juga ada tabungan lebih, yang bagus apa?"
Saya : "Katanya mau beli Handycam?"
Ade : "Handycam? buat apaan, kamera aja kan supaya berguna di kapal"
Saya: "Kata ema' disuruh beli handycam untuk tugas di kapal?"
Ade :"Maksudnya kamera mas, gak wajib sih cuma di dalm TRB tuh biasanya ama foto di kapal , foto bagian kapal"
Saya: dst.. dst....dst...

Saya merenung sejenak. Obrolan itu menyiratkan pada kenangan-kenangan masa lalu.  Sepertinya waktu berjalan sangat cepat. Tanpa terasa kini sudah semester delapan dan tinggal merampungkan tugas akhir. Sementara itu Ade sudah semester 4 dan memasuki semester 5 dia harus bertugas si Kapal. biasanya di sekolah tinggi ilmu pelayaran pada semester 5 dan 6 harus magang di kapal.  Perjalanan hidup memang penuh misteri. kita manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. who knows? Saya kini kuliah di yogyakarta dan adek saya akan berlayar mengarungi lautan. Kami memang dulu bermimpi sejadi-jadinya, setinggi-tingginya. MEncoba menggenggam apa yang ada di televisi. Pokoknya kami ingin ini dan ingin itu.  Saya pernah bermimpi menjadi pilot, lalu bermimpi menjadi seperti Habibie dan kenyataanya sekarang kuliah di Fakultas Hukum. Kalo lulus bekerja di bidang hukum.  Setahu saya Ade  dulu hanya bermimpi menjadi pengusaha ternak sapi. Sekarang kuliah di STIP jakarta. Kalo lulus akan jadi pelayar. Selayaknyalah kami bersyukur dan menjalani ini semua dengan sepenuh hati. Apapun anugrahnya kami maknai sebagai anugrah, meskipun sempat bingung di persimpangan jalan. Kami harus memilih dan memperjuangkan pilihan itu. Maka di dalam doa saya selelau meminta agar dihindarkan dari sifat malas.

Background...
Kami berasal dari keluarga petani. Orang tua saya adalah perantauan dari Solo, jawa tengah. Sudah banyak pekerjaan  yang dijalani Ibu seperti berjualan makanan dan warung kelontong. Usaha dan kerja keras mengatarkan kedua orang tua menjadi petani di daerah Muara gembong, Jawa Barat. Kami mensyukuri itu. Kami bangga. Tidak ada kemewahan, yang ada adalah ketulusan dan keikhlasan menjalani semua.  Maka saya selalu berdoa agar kedua orang tua selalu sehat walafiat. amin...

Allah memberikan kesempatan kepada saya dan adik  untuk sekolah lebih tinggi dibandingkan kedua orang tua.  Dulu, saat saya duduk di sekolah dasar tempat bermain adalah kebun dan sawah. Sesekali memancing di sungai. Maka lumpur dan bau hangus terik matahari selalu melekat di tubuh kami. Namanya juga anak kampung. Beda dengan orang kota yang kultinya bersih dan tidak bau. Tapi tetap kita akan kembali menjadi tanah kok.

Singkat cerita, setelah menamatkan SD melanjutkan sekolah di jakarta. Kami memiliki harapan besar agar meraih sukses. meskipun sampai sekarang saya tidak mengerti makna sukses itu apa. Itu tidak hanya diukur dari materi tetapi juga dari nilai-nilai hidup dan pengalaman yang telah didapatkan. Di Jakarta saya tinggal menumpang di rumah kerabat. Hal itu berlanjtu hingga SMA. Begitupula dengan adik saya. Tidak mudah tentunya hidup di jakarta. Tanpa kedua orang tua, dengan biaya pas-pasan. Kemampuan beradaptasi kami diuji. Adaptasi bukan hanya pada ruang lingkup suasana baru yang bersahaja, suasana kantoran tetapi juga suasana pinggiran sungai sunter di tanjung priok dan pemukiman kumuh. Kurang lebih enam tahun saya dan adik saya menjalaninya. Keterbatasan air bersih, udara yang panas, dekat dengan tempat pembuangan akhir dan lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi. kami hidup di gank-gank sempit dan bau air got adalah hal yang biasa.

Depresi, Konflik
perjalanan hidup di Jakarta tidak mulus. selalu ada batu kerikil maupun batu gunung yang menghadang. Siapa bilang hidup di jakarta enak? buktikan saja sendiri. Orang kaya mungkin bisa menikmatinya.
Kami tinggal di kamar petak. Astagfirullah, Bukan bermaksud tidak bersyukur. Saya tidak bisa membayangkannya lagi. Itu semua ujian dari yang kuasa. Gambaran kelam yang terbesit di benak ini tidak pernah terhapus. Munkin benar otak kita bisa memilih ingatan untuk dimasukkan ke dalam ingatan permanent atau ingatan jangka pendek. Sayangknya kenangan masa lalu itu masuk ke dalam ingatan permanent! mau tidak mau aku pasti mengingatnya. Meskipun kelam.
Suatu ketika saya mengalami depresi. Tidak ada orang yang mampu meredam kegilaan saya. Banyak sekali masalah di dalam diri saya. Waktu itu tanpa pedoman agama yang kuat dan tanpa orang tua. Saya harus menghadapinya sendiri. Waktu itu perkelahian antara saya dan ade tidak dapat terhindarkan. Ember melayang dan sapu patah. Bahkan pisau ada pada genggaman tangan saya dan ade saya.
Saling terkam dan saling tendang adalah hal yang biasa. Pernah suatu ketika karena tubuh saya yang kurus saya di injak-injak dan kepala saya diduduki adek saya. Ini biasa. Sebagai seorang pria adu fisik mejadi hal yang tak terhindarkan. Namun berkelahi sesama saudara kandung tentunya memiliki arti sendiri. Memang kita melampiaskan kemarahan itu, tapi itu semua demi kebaikan. tanpa itu semua kami tidak akan tersadar mengani makna kerja keras, pengorbanan dan pentingnya rasa persaudaraan.

Ibu...
Kini sudah usai segala cobaan itu. Bukan berarti ini berakhir. Sekarang saya merasa peran orang tua semakin besar. Semua hal di take over dan dengan dukungan penuh orang tua memperhatikan kami. Mungkin mereka tidak akan  membiarkan anaknya menghadapi masa depan yang suram. semua hal dibicarakan dan perhatian lebih kami dapatkan. Sekarng setelah hidup berjauhan rasa persaudaraan dan rasa saling memiliki samakin erat.

(lalu obrolan via facebook pun berakhir)
Saya : "beli kamera Canon digital lxus 230 aja.. "
Ade : " hahaha yo dah mau belajar dulu ya mas, sukses..."
Saya : "oke..."