Terinspirasi oleh banyak penulis salah satunya Radityadika tentang catatan hariannya, aku mencoba menulis. Nggak ada salahnya kan, kalo dibilang aku ikut-ikutan nggak juga, aku analogikan menulis seperti bernyanyi. Semua orang bisa melakukan tetapi ada yang profesional dan ada juga yang hanya iseng melakukannya.
Nah aku termasuk orang yang suka bernyanyi tetapi dengan suara yang nggak enak didengar, tetapi jika semakin berlatih bernyanyi aku yakin nyanyian aku akan semakin merdu...(haha ngarep)
toh si radit juga ikut-ikutan orang lain. Dia bilang “norak banget nih orang nulis pengalaman pribadi di Blog”, besoknya Radit ikutan ngeblog....
Nah aku termasuk orang yang suka bernyanyi tetapi dengan suara yang nggak enak didengar, tetapi jika semakin berlatih bernyanyi aku yakin nyanyian aku akan semakin merdu...(haha ngarep)
toh si radit juga ikut-ikutan orang lain. Dia bilang “norak banget nih orang nulis pengalaman pribadi di Blog”, besoknya Radit ikutan ngeblog....
aku mencoba menjadi diri sendiri dan inilah aku....
Nggak ada yang sempurna so, kecacatan dalam menjalani hidup bukanlah sebuah aib melainkan sesuatu yang alamiah terjadi dan patut disyukuri...
Kelamaann nih kata pengantarnya.. Baik ... kita mulai..
6 desember 2011, akhirnya selesai juga kemelut penetapan kursi DPM univ. KPRM (komisi pemilihan raya mahasiswa) telah mengeluarkan SK KPRM no 10/KPRM/XII/2011 yang menetapkan presma terpilis Geovani Van Empel dan SK no 11/KPRM/XII/2011 yang menyatakan perolehan kursi DPM (dewan perwakilan mahasiswa) yakni Boulevard 1 , Kampus Biru 3, Bunderan 8, Sayang mama 3, FLP 2, Balairung 1, Srikandi 1, dan Macan Kampus 4 serta 1 kursi dinyatakan kosong. Rapat penetapan dilakukan sekitar pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Sempat terjadi perdebatan panjang akan tetapi semua berakhir dengan baik.
sebagai Mahkamah Pemira (MP) harus bersiap.meminjam ruang sidang simulasi PS 2, peralatan sidang, dan baju hakim sudah siap semua. Takut terjadi perselihan hasi pemira (semoga nggak terjadi ya.. hehehehe) . Apa yang bisa kulakukan semaksimal mungkin dan seiklas mungkin demi memberikan kontribusi untuk UGM. Setelah print segala macam berita acara, dilanjutkan menempel petunjuk di sekre BEM sebagai sekretariar kepanitraan Mahkamah Peira di didnding sebagai petunjukarah dan di depan kaca sekre Bem. Nah waktunya pulang ke kos.
Sampai di kos sekitar magrib. Mulai kemasukan setan tubuh ini... ngantuk dan tidak bersemangat sampai akhirnya tidur-tiduran. Hingga terdengan azan pukul 7 lebih. Nah loh kelewatan magrib . belum mandi, bau keringat dan perut keroncongan. Seperti biasa otak ini loading dulu untuk memikirkan tahap-demi tahap apa yang harus di lakukan. Mulai muncul khilasan2 apa yang akan aku lakuin beberapa jam kedepan. Tahap pertama mandi, kedua solat isya, ketiga bawa cucian ke loundry, keempat makan, dst.. setelah terprogram dalam otak aku dan setelah keluar kamar ada si Ulum (teman sejurusan cah nganjuk) datang. Ngajakin makan. Hahaha kebetulan sekalian ajakin dia aja ke Diana Musik buat beli senar gitar . lah? Beli senar gak ada di sekenario otak gue tadi, lho..? dari mana asalnya? Rencana ini muncul karena memang sudah direncanakan waktu tadi siang tetapi karena acara di gelanggang molor akhirnya tertunda.
“pri, makan yok” ajak ulum
“ayok, ngendi rek? Tapi aku arep tuku senar gitar sek sedilit” jawab aku (belajar bahasa jawa)
“ayo asal nggo motormu” jawab ulum
“oke..”
Nah di jalan bareng sohib aku yang Ketua IMM UGM dan sekaligus anggota MAPAGAMA. Lumayan dapat banyak hal. Sharing hal-hal yang nggak pernah ku tahusebelumnya. Dari mulai masalah asmara sampai curhat dia yang terlalu sibuk mengurusi teman-teman IMM dari daerah lain yang main ke yogyakarta.
Seperti biasa di jalan sekitar Tugu selalu ramai dengan kendaraan ditambah lampu jalan khas jogja berbentuk antik yang menambah suasana menjadi eksotik.
Sampai akhirnya di Diana Musik. Tempatnya megah dan dipenuhi berbgai alat musik berdasarkan kriteria. Mulai dari Drum, Kaze, sampai dengan Keyboard dan Amplifer yang harganya belasa juta. Pokoknya lengkap. Si Ulum terkagum-kagum melihat set alat musik yang berkilauan dan harganya wah. Singkat kata transaki dengan penjaga toko telah selesai.
harga senar 63 ribu satu set. Tapi sebelum keluar toko menyempatkan diri dulu ke ruang Fender.. hehehe.. gitar idaman dari dulu sejak SMA, mata aku jelalatan liat gitar yang digantung. Fender Telecaster harganya 13 jutaan. Haduh.. Stratocaster 10 jutaan... wah mahal banget, tetapi dari dulu emang segitu harganya.. penjaganya nawarin Square, yang tele fender. Anak perusahaan katanya sih, tetapi beda material. Kualitas juga beda harganya sekitar digantungtar 3 jutaan... haduh n.. mending mimpi aku disimpen dulu aja.
Setelah keluar toko , di jalan aku tanya Ulum
“jadi begini lum, kenapa alat musik tuh mahal?” tanya aku mencoba memecahkan kesunyian di jalan naik motor, seblelum dia menjawab aku serobot duluan dengan jawaban aku sendiri dengan gaya sotoy, “ ya karena kalo alat musik murah semua orang bisa jadi artis dong, punya alat musik semua” heheheh... aku sok lucu buat menghibur si ulum yang agak galau. Dari tadi dia ngajakin ngomongin cewek melulu. Padahal aku paling sensitive karena sering di tolak cewek dan selama aku kuliah tiga tahun belum pernah punya pacar.. .
Di jalan aku menjelaskan kepada ulum kalo alat-musik tuh harganya memang mahal, dibuat bukan main-main dan karena material , teknik produksi dan tingkat akurasi yang tinggi dari pabrik di luar negeri plus tenaga untuk membayar sang ahli. Sehingga suara yang dihasilkan dapat menghipnotis pendengar musik , (tergantung yang mainin alat musiknya kalee)
Sepulang dari Diana Musik, makan disekitar pogung. Luamayan ditempat makan banyak mba-mba cantik.. mata aku shoping lagi.. nggak apa-apa lah ya.. kan aku single. Single , bukan jomblo. Kata si Adit (temen fakultas asal bali) kalo jomblo tuh nggak laku, nah single tuh pilihan belum niat nyari.? Hahaha di bukunya Mabusia Setengah salmon Radityadika lebih parah lagi. Dalam papernya dia menjelaskan kriteria jomblo... ada tiga, tetapi kalo pengen tau lu baca sendiri aja deh bukunya... hahahaha////
Akhirnya sekitar jam 10 malam sampai kos, baru mau masuk kamar eh, temen kos kasih info kalo di RS sarjito butuh darah golongan B. Nah loh... dialog nya seperti ini :
Catur (Teman Kos Fakutas Psikologi asal Padang) :” Pri, golongan darahmu apa? Nih ada yang buth cepet Rs Sarjito golongan B” tanya catur
Aku “ kata Ibu sih darahku B” jawab aku
Catur : “lah kok kata ibu? Emang blum pernah di cek?”
Aku “Belum, soalnya Ibuku B, Bapakku juga B, otomatis anaknya B kan? Kecuali aku anak pungut, hahahaha” dalam hati aku semoga aku bukan anak pungut, kalopun anak pungut semoga orang tua asli aku lebih kaya dari ortu aku yang sekarang. Ngookkk, ngimpi . ya nggak lah, aku dah bersyukur punya orang tua yang sekarang. Walaupun kadang Bapak agak nyebelin...
Catur “okelah, mau nggak ni ada yang buth tiga kantong?”
Aku” wah gimana ya? “ dalam hati aku ragu. Ada jati diri aku yang baik, dan ada syeitan yang berbisik. Dalam jati diri aku yang baik menyarankan demi kemanusiaan apa salahnya menymbangkan sedikit darahmu, toh kamu belum pernah melakukannya, katanya mahasiswa? Agent perubahan, masak donor darah aja nggak mau?, di lain pihak seitan yang berbisik mendingan tidur aja. Nanti badan kamu sakit lho...
Aku bingung stengah mati, seumur-umur belum pernah donor darah. Aku ngebayangin jarum suntik yang gede, selang dan kantong darah. Wah ngeri deh. Tetapi aku merenung jikalau suatu saat kecelakaan atau sakit dan membutuhkan darah banyak. Demi alasan kemanusiaan maka aku setuju.
“okey... aku Donor “ jawab aku
“oke kalo gitu kita ke masjid Wardiyah samping Sarjito ngambil surat rekomendasi dulu ya..”jawab catur
Setelah ke masjid Mardiyah mengambil surat rekomendasi, aku dan catur ke Ruangan PMI sarjito. Aku masuk. Aku duduk menunggu giliran. Di depan aku ada percakapan antara keluarga pasien dengan petugas unit tranfusi. Keluarga butuh sekitar 10 kantong darah A. Dan ngga ada stock nya. Alamak...Orang tersebut anak muda sekitar 20 tahunan dan Bapak-bapak kebingungan mau keman mencari darah buat keluarganya. Soalnya mereka sudah keliling PMI jogja dan semuanya kosong. Astagfurullah...
Setelah aku mengisi formulir akhirnya tina glliran. Sebelumnya darah aku di cek dulu oleh mba Vira (petugas tranfusi). Dialognya seperti ini.
“silahkan mas, belum pernah di cek ya golongan darahnya” tanya mba vira
“kata Ibuku sih aku B, soalnya ortu semuanya B” jawab aku
“ oh. Okey biasnya anaknya B , atau bisa juga O, nah smoga darah mas diantara A dan O ya” balas mba Vira
Lha.. smoga? Berarti kalo nggak B atau O aku anak pungut dong? H wah hati aku berdebar nih..
Dengan menggunakan alatnya mba Vira memegang tangan Aku dan mengambil sample darah untuk di teliti di alatnya seperti kertas dan diberi cairan kimia tertentu... wah ternyata dunia kedokteran tuh sangat luar biasa ya...
Akhirnya Mba Vira ngasih tau aku kalo darah aku B, dan bisa melanjutkan proses donor darah karena hemoglobinnya tenggelam...
nah waktu di tensi ternyata aku darah tinggi. 150 lebih.. . kata petugasnya Mba Vira nggak bisa di tranfusi. Aku coba menebak, kayaknya bakalan mucrat kemana-mana deh kalo darah tinggi terus di donorin ke kantongnya. Wah gawat nih bisa-bisa aku jadi manusia berdarah muncrat.. Harus menunggu sampai turun ke 130 dulu baru bisa. Akhirnya 30 menit kemudian tekanan darah aku turun ke 140 dan 20 mentit kemudian menjadi 130. Dan di tranfusi ke kantong.
Pertamnya aku deg-degan liat alatnya. Ada jarum gede, selang dan kantong. Di bawah tempat duduknya ada tibangan elektronik . mba Vira mencet siku tangan aku sambil ngolesin cairan buat sterilkan. Nah ternyata agak kesusahan mencarai pembulu Vena di tangan kanan aku. Soalnya kata mba Vira aku jarang angkat beban atau olahraga, sehingga tangan aku isinya daging doang. Hehhe sampe2 dia membuka sarung rangannya supaya lebih bisa mencari pembuluh vena. Di atas meja jarum gede dan tersambung di selang bersinar dan menunggu untuk menancap di pembuluh darah aku...
“mas nya jarang olah raga ya,,? Jarang angkat beban” kata mba Vira
Haha aku tersenyum malu.. lengan aku nggak kaya lengan cowok. Agak lembek dan berlemak.
Akhirnya tangan mba vira menemukan aliran darah vena di lengan aku...
“nah sudah ketemu ni.. kita mulai ya.. bismillahrohmanirohim”
Aku menahan sakit dan sangat teras ketika ujung jarum ditancapka darah segar mengalir ke selang transparan turun ke kantong dibawah yang diatas timbangan elektronik. Angka-anga digital mulai berjalan dan kantong darah ulai bergelembung
Ternyata nggak sakit. Karena kata Mba nya tergantung merk jamrum yang di pakai. Kalo yang murah biasanya sakit, panas, dan nyut-nyutan. Tetapi kalo jarum yang mahal nggak sakit. Hehehe... ternyata alat kedookteran ada level kualitasnya juga ya kaya sepatu kualitas KW.
Selama darah aku mengalir dari kantong gu teringat film Breakingdawn sequelnya twilight... fampir yang doyan darah. Waktu itu aku nonton bareng su putri, anak ke[erwatan 2009. dia cantik tapi dah punya cowok. Di film itu si ada wanita yang dihamilin vampir dan dia perlu minum darah supaya bayinya dapat nutrisi... Huwekkk.... ni film konyol banget tetapi banyak yang nonton , dugaan aku sih karena para bintanya ganteng dan cantik. Vampirnya ganteng jadi terkesan romantis. Coba kalo vampirnya juelek... nah kagak ada romantis-romantisnya.
Sambil menunggu kantong penuh aku bercakap-cakap dengan Mba Vira. Aku menanyakan mulai dari asal kuliahnya dimana sampai bertanya seputar intalasi tempat ia bekerja sekarang. Sangat ramah dan hangat di selingi pertanyaan balik dan beberapa kali tawa canda. Aku menggerakgerakan tangan kanan aku dan “mas, jangan bergerak gerak tangannya, nan macet dan jika belum penuh maka dipindahkan ke tangan yang sebelah kanan” tegur mba nya...
Ha? Haduh.. karena aku nggak mau proses pencoblosan (emangnya pemilu jaman orba?) pembuluh vena di ulang di lengan sebelah kiri aku langsung mematung... sambil ketawa-ketawa sendiri negebanyani kalo hal tersebut terjadi beneran...
Mba Vira juga ketawa ngeliat gelagat aku ..
Setelah kantong darah penuh, mba Vira mengucapkan terima kasih. Aku dapet bingkisan roti dan susu. Lumayan. Heheh trima kasih mba.. aku langsung keluar ruangan . temen aku si Catur udah tidur di ruang tunggu.
“tur bangun, pulang yok, “
“kok lama banget pri?”
“iye, aku darah tinggi, jadi harus istirahat 50 menit buat nurunin tensinya, nih lumayan aku dapet bingkisan. Aku tau kalo aku lapar dan nggak punya duit aku tinggal donor darah aja trus dapet makanan, hahahahha”
“apah yang ada mati luh kelaperan di sedot darah lu” catur mencoba menanggapi tanpa mimik serius....
Setelah selesai pukul 11 malam , aku dan catur pulang. Dalam perjalanan mencoba merenung. Ternyata sehat itu anugrah. Banyak orang dirawat di rumah sakit. Mereka berjuang melawan penyakit dan bertahan hidup. tetapi aku barusan nggak solat magrib Cuma gara-gara malas dan kecapaian. Mungkin selama ini aku terlalu sibuk mengejar cita-cita. Menjadi Artis band yang nggak kecapai dan berbelok arah ingin jadi Corporate lawyer, orang sukses, orang terpandang. Tetapi selama ini aku melupakan Allah. Tuhan yang menciptakan. Memberikan nafas, rezeki dan kesehatan.
Semoga hikmah hari ini membawa perubahan bagi hidup ini. esok dan selamanya....